Hanya 15% Wanita , 9% Lelaki Cari Jalan Sembuh Dari Depresi!

Depresi adalah gangguan mental yang sangat umum, mempengaruhi satu dari enam orang dewasa di Inggris, sering kali disertai oleh kecemasan, stres, dan kesepian. Namun, meskipun mengalami depresi, hanya 15% wanita dan 9% lelaki yang mencari jalan untuk sembuh.

Secara umum, wanita memiliki dua kali lebih banyak kemungkinan mengalami depresi dibandingkan lelaki. Namun, dari hasil penelitian baru yang melibatkan lebih dari 270.000 responden, baik wanita maupun pria menunjukkan perbedaan besar dalam cara mereka merespons dan mengalami gejala depresi.

Depresi dapat terjadi pada masa kanak-kanak dan remaja. Gadis-gadis cenderung mengalami depresi dengan merasa tidak puas dengan tubuh mereka, kekhawatiran, perasaan bersalah, kesulitan berkonsentrasi, atau kesedihan umum. Di sisi lain, para pemuda mengalami depresi dengan kehilangan minat dalam kegiatan sehari-hari atau merasa lebih lelah di pagi hari.

Selain itu, wanita pada usia yang lebih tua lebih sering merasa stres, mengalami masalah tidur, dan merasa lebih sedih saat mengalami depresi. Sementara itu, lelaki pada usia yang lebih tua mengalami depresi dengan cara yang lebih peka dan cenderung marah.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebelumnya depresi dirawat tanpa mempertimbangkan perbedaan jantina. Namun, penelitian ini menyoroti bahwa depresi dapat menunjukkan perbedaan antara laki-laki dan perempuan, dan penting untuk mempertimbangkan perbedaan ini dalam pengobatan. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa alasan wanita lebih sering mengalami depresi dibandingkan lelaki adalah karena pengaruh genetik.

Para peneliti menemukan bahwa wanita memiliki 11 bagian DNA yang terkait dengan depresi, sementara lelaki hanya memiliki satu bagian DNA yang terkait. Penelitian ini merupakan studi pertama yang menggambarkan perbedaan depresi berdasarkan jenis kelamin dan memiliki nilai penting dalam pengembangan metode pengobatan depresi yang mempertimbangkan perbedaan gender. Para peneliti berharap bahwa penelitian semacam ini akan membantu dalam pengembangan terapi depresi yang lebih efektif dan sesuai dengan perbedaan gender.

Kongsikan artikel ini